Curah hujan mulai berkurang memasuki musim kemarau. Kendati demikian,
tidak semua wilayah produsen padi di Yogyakarta mengalam gagal panen
akibat kekeringan.
Bahkan, sejumlah petani di Kota Yogyakarta
justru menanam padi memasuki masa panen di awal musim kemarau. Kepala
Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto
mengungkapkan berkurangnya curah hujan saat ini dinilai tidak
memengaruhi hasil panen.
Ingin brand dan produk Anda dipromosikan oleh influencer di social media? Langsung saja ke influencer marketing platform instagram sekarang juga
1. Tidak ada gagal panen di awal kemarau
IDN Times/Toni Kamajaya
Sugeng
mengatakan lahan pertanian di Kota Yogyakarta memiliki luas yang
terbatas. Namun, musim kemarau yang tengah berlangsung tidak memberikan
pengaruh terhadap produksi pertanian.
"Banyak petani yang sudah panen padi di awal musim kemarau. Tidak ada yang gagal panen," ujar Sugeng seperti dari
Antara, Selasa (9/7).
Lebih
lanjut Sugeng memaparkan saat ini banyak petani yang memilih
memanfaatkan lahan sawah untuk ditanami dengan tanaman lain, terutama
jenis tanaman yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak.
"Ada
juga yang masih belum ditanami. Tetapi, untuk kebutuhan air melalui
irigasi masih cukup. Air di irigasi juga masih mengalir," kata Sugeng.
Dalam setahun, kata Sugeng, petani di Yogyakarta biasanya hanya
menanam padi sebanyak dua hingga maksimal tiga kali. Sedangkan pada
musim tertentu, lahan akan digunakan untuk menanam tanaman lain, yang
disesuaikan dengan kondisi musim.
2. Bantul masih surplus padi
IDN Times/Andra Adyatama
Sementara
itu, kondisi berbeda terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bantul
yang mengalami puso akibat kekeringan. Kendati demikian, Kepala Seksi
(Kasi) Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian, Pangan,
Kelautan dan Perikanan, Bantul, Umi Fauziyah memastikan ketersedian
pangan, dalam hal ini beras tidak terpengaruh. bola berduit
taruhan bola
"Tidak terpengaruh, karena produksi padi secara umum di Bantul selalu surplus menurut perhitungan kami," ujar Umi.
3. Hanya 93 hektare lahan pertanian yang gagal panen
https://rmol.co/read/2017/07/19/299693/
Berdasarkan laporan yang masuk, Umi memaparkan, lahan pertanian
padi yang mengalami gagal panen karena kesulitan air irigasi seluas 93
hektare. Lahan pertanian tersebut tersebar di empat kecamatan. Lahan
pertanian dengan kasus gagal panen terluas yakni di Kecamatan Dlingo
dengan luasan mencapai 85 hektare.
Umi menambahkan dalam setahun
Bantul hanya membutuhkan luas panen sekitar 20.000 hektare guna memenuhi
kebutuhan beras bagi masyarakat Bantul. Saat ini semua petani di 17
kecamatan di Bantul rerata per tahun mampu memanen sekitar 30.000
hektare.
"Per tahun [petani] kami bisa panen padi sekitar 30.000
hektare. Kalau ini hanya 93 hektare [padi gagal panen] masih sangat
kecil dan dipastikan tidak berpengaruh terhadap produksi secara umum,"
jelas Umi.
4. Sawah yang kekeringan berlokasi di dataran tinggi
https://medium.com/@melanardiansyah98/pembangunan-pertanian-untuk-pengentasan-kemiskinan-
indonesia-6dfab829fa15
Kasi
Pemasaran dan Pengolahan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan
Perikanan Bantul, Aribowo mengatakan sawah-sawah yang mengalami
kekeringan karena kemarau berada di daerah dataran tinggi. Di mana,
daerah tersebut memang memiliki sedikit ketersediaan air.
Sehingga,
lahan pertanian yang gagal panen di Kecamatan Dlingo, Pajangan, Imogiri
dan sebagian kecil wilayah Kasihan tidak memberikan pengaruh besar
terhadap produktivitas padi di Bantul. Pasalnya, keempat kecamatan
tersebut rerata hanya memproduksi 5 ton gabah panen per hektare.
"Di
daerah tersebut, memang produktivitas padi tidak tinggi, biasanya hanya
berkisar 5 ton per hektare. Apabila dikalikan 93 hektare, hanya sekitar
460 ton padi yang gagal panen saat ini," jelas Aribowo.
sumber : idntimes.com